Kamis, 13 Januari 2011

pengembangan kepemimpinan sekolah/madrasah

PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN SEKOLAH/MADRASAH
Makalah ini disusun guna melengkapi Tugas Mata Kuliah: Leadership
Dosen Pengampu: Drs. H. Sardjuli, M.Pd




Disusun oleh:
Wijayanti Wulan Septi (08410211)
Yazida Ichsan (08410213)
Esti Rohmah Ainiyah (08410217)
PAI C

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM MEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2011


BAB I
PENDAHULUAN

Sebuah sekolah adalah organisasi yang kompleks dan unik sehingga memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Oleh sebab itu, kepemimpinan yang berhasil seperti halnya tercapainya tujuan sekolah, serta tujuan dari para individu yang ada di dalam lingkungan sekolah, harus memahami dan menguasai peranan organisasi dan hubungan kerja sama antara individu. Pengembangan kepemimpinan menjadi salah satu upaya dalam mencapai tingkat keberhasilan tersebut. Hal tersebut tentu tak lepas dari campur tangan dari berberapa pihak. Baik dari dalam sekolah mapun luar sekolah. Penggunaan strategi pengembangan mutlak diperlukan.
Berikut akan pemakalah bahas lebih lanjut mengenai pengembangan kepemimpinan baik sekolah maupun madrasah. Pembahasan mencakup: pengertian pengembangan kepemimpinan sekolah/madrasah, pihak yang berwenang dan bertanggungjawab dalam pengembangan, pembinaan/pengembangan kepemimpinan, materi pembinaan kepemimpinan bagi pemimpin/calon pemimpin, dimensi baru untuk latihan kepemimpinan pendidikan, penemuan dan pengembangan pemimpin-pemimpin pendidikan, serta cara-cara memperbaiki kepemimpinan.







BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembinaan/Pengembangan Kepemimpinan
Pembinaan/Pengembangan Kepemimpinan menurut Kartini Kartono ialah usaha yang dilakukan secara sistematis dan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kemahiran teknis, keterampilan sosial, sikap dan tingkah laku pemimpin melalui pendidikan, latihan dan berbagai penugasan.

B. Pihak yang Berwenang dan Bertanggungjawab dalam Pengembangan Kepemimpinan
Menjadi tugas dan wewenang pengawas sekolah, kemudian pihak pengawas sekolah bertanggungjawab/ melaporkan hasil kepada Kepala Dinas Pendidikan Nasional. Tanggungjawab pengawas sekolah ini berdasar pada Kepmen Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 118 Tahun 1996.

Adapun tanggungjawab pengawas sekolah sebagai berikut:
1. Melaksanakan pengawasan pendidikan di sekolah sesuai dengan penugasannya pada TK/RA/BA, SD/MI/SDLB, SMP/MTs, SMA/MA/SLB.
2. Meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar serta bimbingan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Adapun wewenang pengawas sekolah sebagai berikut:
1. Memilih dan menentukan metode kerja untuk mencapai hasil yang optimal dalam melaksanakan tugas dengan sebaik sebaik-baiknya sesuai dengan kode etik profesi, menetapkan tingkat kinerja guru dan tenaga lain yang diawasi serta faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kepemimpinan.
2. Menentukan dan atau mengusulkan program pembinaan serta melakukan pembinaan.

C. Pengembangan/Pembinaan Kepemimpinan
Hal-hal yang perlu diperhatikan, diantaranya:
1. Tujuan jelas yang ingin dicapai, yaitu macam kepemimpinan yang bagaimana yang diinginkan.
2. Perincian kebutuhan-kebutuhan materiil dan personil, sarana-prasarana pendidikan dan latihan.
3. Program pendidikan dan latihan yang menarik bagi pengikut/peserta.
Adapun ciri pelatihan yang efektif:
a. Sederhana
b. Praktis
c. Partisipatif
d. Keragaman
e. Menyenangkan
f. Relevan
g. singkat
4. Kesempatan mengunjungi tempat-tempat bersejarah, pusat-pusat teknologi, sentra kebudayaan, pemerintahan dan sebagainya.
5. Menambah pengalaman melalui diskusi-diskusi dalam kelompok-kelompok, case study, konferensi, dan permainan peranan atau role playing.
6. Penugasan oleh lembaga untuk membuat laporan dari survei lapangan atau kerja keras, makalah dan lain-lain.

D. Materi pembinaan bagi pemimpin dan calon pemimpin
1. Pembinaan kecerdasan, perasaan, kemauan dan ilmu pengetahuan
2. Pembinaan kemahiran teknis dan kerampilan sosial
3. Pembinaan kebiasaan, moral, watak, kejiwaan, dan kepribadian

E. Dimensi baru untuk latihan kepemimpinan Pendidikan
Penambahan pengetahuan tentang kepemimpinan pendidikan yang demokratis memberikan perangsang untuk menyelenggarakan latihan kepemimpinan yang memperhatikan tiga dimensi, yaitu:
1. Latihan untuk mendapatkan pengetahuan dalam keahlian khusus, seperti ketua komisi, pimpinan kelompok diskusi, pengajar suatu mata pelajaran, memimpin suatu organisasi.
2. Latihan untuk memperoleh pengertian umum tentang sikap kelompok yang berlaku bagi setiap kelompok dalam situasi tertentu.
3. Latihan bagi semua anggota agar setiap orang dapat menjalankan tugas kepemimpinan.
Ternyata, bahwa latihan yang paling efektif ialah latihan dengan seluruh kelompok dengan mengambil pengalaman secara terus menerus. Latihan kepemimpinan yang lengkap harus menyangkut ketiga dimensi tersebut diatas.

F. Penemuan dan pengembangan pemimpin-pemimpin pendidikan
Hal ini di dasari oleh dua asumsi:
1. Pemimpin-pemimpin pendidikan yang potensial harus tes dalam situasi sekolah nyata
2. Dalam memilih pemimpin-pemimpin resmi, kelompok yang akan mendapat pengaruh harus diikut sertakan dalam proses pemilihannya.

G. Memperbaiki kepemimpinan
Ada tiga macam pendekatan untuk memperbaiki kepemimpinan, yaitu:
1. Seleksi
Seleksi ini untuk memperbaiki kepemimpinan erat kaitannya dengan pendekatan sifat dan pemanfaatan hasil-hasil dari studi sifat.
Apabila terjadi jabatan kepemimpinan yang kosong perlu dilakukan seleksi orang yang akan mengisi jabatan tersebut. Untuk mengisi jabatan yang lowong tersebut perlu ditentukan kualifikasi kepemimpinan dalam jabatan kepemimpinan.
Kaitannya dengan proses seleksi calon kepala sekolah/calon pemimpin, terdapat 12 keterampilan. Dalam proses seleksi ke 12 macam keterampilan tersebut, harus dapat diukur untuk menentukan sampai sejauh mana calon sebagai pemimpin sekolah dalam menguasai administratif dan kepengawasan. Ke 12 keterampilan administratif dan kepengawasan tersebut antara lain:
1. Problem analisis (analisis persoalan)
Kecakapan mencari-cari keterikatan data dan menganalisis informasi yang kompleks.
2. Judgement (pertimbangan, pendapat, keputusan)
Keacakapan untuk memperoleh kesimpulan-kesimpulan logis dan membuat keputusan yang berkualitas tinggi didasarkan pada informasi yang tersedia.
3. Organizational ability
Kemampuan merencanakan, menjadwalkan, dan mengendalikan terhadap pekerjaan.
4. Deceiveness (penentuan keputusan)
Kemampuan mengakui atau menghargai keputusan yang dijadikan syarat dan melaksanakan dengan cepat.
5. Leadership (kepemimpinan)
Kemampuan untuk mengakui, menerima apabila kelompok memerlukan petunjuk untuk saling bekerja sama dengan kelompok secara efektif dan kemampuan memberikan bimbingan untuk mencapai menyelesaikan suatu tugas.
6. Sensitivity (kepekaan)
Kemampuan merasakan kebutuhan yang berkaitan dengan persoalan-persoalan pribadi orang lain. Kecakapan memecahkan konflik. Kemampuan menghadapi secara efektif orang-orang yang terlibat dalam isu-isu emosional.
7. Stress tolerence (lapang dada, sabar)
Kemampuan tampil dalam tekanan dan selama beroposisi, kemampuan berfikir walaupun dalam tekanan ornaglain.
8. Oral communication
Kemampuan untuk menyajikan fakta dan gagasan secara lisan dan jelas.
9. Written communication
Kemampuan untuk mengekspresikan gagasan secara jelas ke dalam tulisan.
10. Range of interest (jarak kepentingan/perhatian)
Kecakapan untuk mendiskusikan bermacam-macam subjek pendidikan, politik, kejadian aktual, ekonomi dan sebagainya.
11. Personal motivation (motivasi pribadi)
Kebutuhan atau keinginan untuk berhasil di dalam semua kegiatan
12. Educational values
Memiliki sifat menerima ide-ide baru dan perubahan baru.

Untuk menjaring ke 12 macam keterampilan tersebut memerlukan proses dan waktu. Para calon harus dilibatkan kedalam keadaan seakan-akan calon menghadapi kenyataan dan persoalan hidup yang nyata.

2. Pelatihan
Pelatihan merupakan metode yang paling banyak dipakai untuk memperbaiki kepemimpinan.
Ada tiga kategori yang paling mudah diperbaiki melalui pelatihan, yaitu:


a. Keterampilan pengelolaan.
b. Pengetahuan teknis, diantaranya ada metode pelatihan khusus yang telah dikembangkan untuk memberikan fasilitas proses belajar tentang informasi teknis.
c. Keterampilan konseptual
Pelatihan program ini lebih sulit dilaksanakan dalam waktu singkat, tetapi metode pelatihan khusus program ini juga telah dikembangkan:
1) Permainan kasus dan bisnis secara meluas dipakai sebagai metode pelengkap untuk keterampilan belajar tentang analisis persoalan, forecasting, planning dan pengambilan keputusan.
2) Kegiatan kreativitas dapat ditingkatkan melalui berbagai macam bentuk latihan khusus, termasuk tugas-tugas didalam mengembangkan gagasan.

3. Rekayasa situasi
Dalam pendekatan ini situasi diubah untuk lebih dapat bersaing dengan pemimpin.
Contoh:
a. Peningkatan atau merosotnya otoritas pemimpin
b. Peningkatan atau merosotnya tentang kendali pemimpin.
Perubahan-perubahan seperti itu biasanya dibuat oleh pimpinan tingkat atas suatu organisasi.
Jadi dengan memodifikasi aspek-aspek tertentu dari tugas kepemimpinan dalam situasi organisasi dapat dijadikan salah satu pilihan untuk meningkatkan performance kepemimpinan seseorang.






BAB III
PENUTUP

Pada prinsipnya pengembangan kepemimpinan sekolah atau madrasah bergantung pada tingkat pengetahuan, kecakapan/keterampilan, kemahiran dari pemimpin sendiri. Bilamana pemimpin seorang yang demikian, tentu akan mudah mengontrol, mengawasi dan mengkoordinir sistem kerja masing-masing bawahan. Diperlukan juga para bawahan yang memiliki kemampuan sesuai bidangnya sehingga antara atasan (pemimpin) dan bawahan dapat saling melengkapi. Karena keberhasilan kepala sekolah merupakan keberhasilan sekolah.





















DAFTAR PUSTAKA

• Sardjuli. Handout Leadership
• Adair, John. 1993. Membina Calon Pimpinan. Jakarta: Bumi Aksara
• Wahjosumidjo. 2008. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: Rajawali Pres

Tidak ada komentar:

Posting Komentar