Rabu, 17 November 2010

perbedaan psikologi agama dengang psikologi Islam

PERBEDAAN PSIKOLOGI AGAMA DENGAN PSIKOLOGI ISLAM
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Psikologi Agama
Dosen Pengampu : Eva Latipah, M.Si



Disusun Oleh:
Nama : Wijayanti Wulan Septi
NIM :08410211
Kelas : PAI 2


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2009
BAB I
PENDAHULUAN

Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia yang berkaitan dengan pikiran (cognisi), perasaan (emosi), dan kehendak (conasi). Berbagai perilaku kejiwaan manusia membuat kita mengenal, memahami setiap karakter individu. Perilaku yang terlihat beraneka ragam, mulai dari sikap yang sesuai dengan tabiat, gen maupun karena pengaruh lingkungan dimana dia tinggal. Memang manusia mungkin saja memnipulasi apa yang dialami secara kejiwaan, hingga dalam tingkah laku terlihat berbeda. Mereka yang sebenarnya sedih, dapat pura-pura tertawa, ataupun karena perasaan gembira yang bersangatan dapat membuat seseorang menangis. Namun secara umum sikap dan perilaku yang terlihat adalah gambaran dari gejala jiwa sesorang. Baik dalam psikologi agama maupun islam sikap dan perbuatan tak jauh berbeda. Hanya saja letak perbedaannya dalam penerapan sikap, sifat dan perbuatan tersebut sesuai dengan pemahaman akan kepercayaan agama yang dianutnya. Disini penulis ingin mencoba membahas mengenai perbedaan psikologi islam dengan psikologi agama. Pembahasan tersebut antara lain mencakup masing-masing pengertian, ruang lingkup, serta fungsinya bagi kehidupan manusia.









BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
1. Psikologi agama
Psikologi agama menggunakan dua kata, yaitu: psikologi dan islam.
a. Psikologi
Menurut Jalaluddin: Psikologi secara umum diartikan ilmu yang mempelajari gejala jiwa manusia yang normal, dewasa, dan beradab.
Menurut Robert H. Thouless : ilmu tentang tingkah laku dan pengalaman manusia.
b. Agama
Menurut Harun Nasution : agama terdiri dari dua kata, yaitu “a” yang berarti tidak dan “gam” yang berarti pergi, atau tetap diam di tempat.
Secara definitif, menurut Harun Nasution agama adalah:
1) Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi.
2) Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
Jadi, psikologi agama adalah cabang psikologi yang meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh kenyakinan terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing.
2. Psikologi islam
a. Merupakan corak psikologi berlandaskan citra manusia menurut ajaran agama islam, yang mempelajari keunikan dan pola perilaku manusia sebagai ungkapan pengalaman interaksi dengan diri sendiri, lingkungan sekitar dan alam keruhanian dengan tujuan meningkatkan kesehatan mental dan kualitas keberagaman.
Rumusan tersebut mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1) Corak psikologi
Sebagai suatu corak psikologi tentunya psikologi islam menerapkan metodologi dan metode ilmiah.
2) Berdasarkan citra manusia menurut ajaran islam
Manusia memiliki martabat tinggi sebagai kholifah di bumi dengan fitrahnya yang suci dan beriman, serta memiliki ruh disamping raga dan jiwa.
3) Keunikan dan pola perilaku manusia
Perilaku dianggap sebagai ungkapan/ manifestasi pengalaman manusia yang melibatkan unsur - unsur dan proses pemikiran, perasaan, sikap, kehendak, perilaku dan relasi antar manusia. Psikologi islam selain melakukan telaah mengenai keunikan pengalaman sebagai penghayatan personal yang utuh, juga berusaha memahami polanya, yaitu hal-hal yang terjadi berulang-ulang.
4) Interaksi dengan diri sendiri, lingkungan sekitar dan alam keruhanian.
Salah satu karakteristik, manusia adalah sadar diri dan mampu melakukan distansi dengan dirinya serta berdialog dengan diri sendiri. Manusia bukan makhluk soliter, ia selalu berhubungan dengan lingkungan alam fisik. Psikologi islami, sebagai corak psikologi yang mengakui adanya dimensi ruh, sudah seharusnya memperluas lahan telaahnya dengan pengalaman keruhanian manusia.
5) Meningkatkan kesehatan mental dan kualitas keberagaman.
Sehat mental merupakan hal yang kondusif untuk meningkatkan kualitas keberagaman sebagai ungkapan iman dan takwa kepada tuhan. Dan inilah tujuan dan misi utama psikologi islami, yaitu membantu mengembangkan kondisi sehat mental dan sekaligus meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan diri pribadi dan masyarakat.
b. Psikologi islam adalah corak psikologi yang dilandasi oleh filsafat manusia menurut Al Quran.
Perumusan diatas secara khusus menunjuk kepada filsafat / wawasan mengenai manusia menurut al quran/ hadist. Karena setiap aliran, teori, dan sistem psikologi senantiasa mengakar pada sebuah pandangan filsafat mengenai manusia.
Karakteristik psikologi islami:
1) Manusia secara fitrah adalah baik
2) Eksistensi manusia masih berlangsung setelah kematian
3) Dimensi ruhaniyah merupakan salah satu dari totalitas manusia disamping dimensi-dimensi organo-biologi, mental psikis dan sosio-kultural yang mempengaruhi perilaku.
4) Tinjauan mengenai perilaku manusia berdasarkan kerangka acuan al quran dan al hadist.
Hakekat psikologi Islam dapat dirumuskan sebagai berikut: “kajian Islam yang berhubungan dengan aspek-aspek dan perilaku kejiwaan manusia, agar secara sadar ia dapat membentuk kualitas diri yang lebih sempurna dan mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.”

Hakekat definisi tersebut mengandung tiga unsur pokok:
a. Psikologi Islam merupakan salah satu dari kajian masalah-masalah keislaman.
Ia memiliki kedudukan yang sama dengan disiplin ilmu keislaman yang lain, seperti Ekonomi Islam, Sosiologi Islam, Politik Islam, Kebudayaan Islam, dan sebagainya. Penempatan kata “Islam” di sini memiliki arti corak, cara pandang, pola pikir, paradigma, atau aliran. Artinya, psikologi yang dibangun bercorak atau memiliki pola pikir sebagaimana yang berlaku pada tradisi keilmuan dalam Islam.
b. Psikologi Islam membicarakan aspek-aspek dan perilaku kejiwaan manusia.
Aspek-aspek kejiwaan dalam Islam berupa al-ruh, al-nafs, al-kalb, al-`aql, al-dhamir, al-lubb, al-fu’ad, al-sirr, al-fithrah, dan sebagainya. Masing-masing aspek tersebut memiliki eksistensi, dinamisme, proses, fungsi, dan perilaku yang perlu dikaji melalui al-Qur’an, al-Sunnah, serta dari khazanah pemikiran Islam. Psikologi Islam tidak hanya menekankan perilaku kejiwaan, melainkan juga apa hakekat jiwa sesungguhnya.
c. Psikologi Islam bukan netral etik, melainkan sarat akan nilai etik.
Dikatakan demikian sebab Psikologi Islam memiliki tujuan yang hakiki, yaitu merangsang kesadaran diri agar mampu membentuk kualitas diri yang lebih sempurna untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
B. RUANG LINGKUP
1. Psikologi agama
Menurut Zakiah Daradjat, ruang lingkup yang menjadi lapangan kajian psikologi agama meliputi kajian mengenai:
a. Bermacam-macam emosi yang menjalar di luar kesadaran yang ikut menyertai kehidupan beragama orang bisa (umum). Seperti rasa lega dan tentram habis sembahyang, rasa lepas dari ketegangan batin sesudah berdoa, dsb
b. Bagaimana perasaaan dan pengalaman seseorang secara individual terhadap Tuhannya, misalnya rasa tentram dan kelegaan batin.
c. Mempelajari, meneliti dan menganalisis pengaruh kepercayaan akan sudah adanya hidup sesudah mati (akhirat) pada tiap- tiap orang.
d. Meneliti dan mempelajari kesadaran dan perasaan orang terhadap kepercayaan yang berhubungan dengan surga dan neraka serta dosa dan pahala yang turut memberi pengaruh terhadap sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan.
e. Meneliti dan mempelajari bagaimana pengaruh penghayatan seseorang terhadap ayat-ayat suci kelegaan batin.
2. Psikologi islam
Ruang lingkup psikologi secara garis besar sebagai berikut:
a. Dimensi ragawi (fisik-biologi)
b. Dimensi kejiwaan (psikologi)
c. Dimensi lingkungan (sosiokultural)
d. Dimensi ruhani (spiritual)
Dalam hal ini unsur raga bukan kajian psikologi, tetapi kajian bidang biologi dan kedokteran. Demikian pula unsur lingkungan bukan termasuk kajian psikologi, akan tetapi kajian bidang sosiologi dan antropologi. Tetapi sejauh unsur ini terkait dengan pengalaman (kejiwaan manusia), maka sudah tentu psikologi dapat dilibatkan.
Psikologi islami mengakui adanya hembusan ruh-Nya ke dalam diri manusia (QS. Al-Hijr/15: 29; Yaasiin/36 : 72; Al A’raaf/7 : 172). Mengenai ruh yang ditiupkan ini para ulama sepakat bahwa ruh ini bukan sejenis ruh tetumbuhan (al-nafs al nabatiyyah) atau ruh hewan (al nafs al hayawaniyyah), dan juga bukan hasrat-hasrat rendah (ahwa), melainkan sejenis ruh yang teramat halus dan luhur yang dikaruniakan al rahman al rahiim kepada manusia semata. Tujuannya agar mereka mempunyai hubungan ruhaniyah dengan sang pemilik ruhitu, yakni Allah.
Ruh juga bukan kajian psikologi, tetapi kajian agama, khususnya tasawuf islam. Kajian-kajian tasawuf antar lain: menunjukkan adanya dimensi kejiawaan dengan kesadaran lain yang termasuk “alam hakikat” (dimensi ruh). Konon wilayah iini dapat dicapai dan dialami serta masih dapat disadari seseorang dalam kondisi beribadah yang sangat khusuk. Wilayah peralihan ini dinamakan psiko-spiritual. Dan tehadap dimensi psiko-spiritual yang masih dapat dialami manusia, psikologi islam seharusnya dapat melibatkan diri sehingga psiko-spiritual dapat menjadi ruang lingkup.

C. FUNGSI
1. Psikologi Agama
Dalam banyak kasus pendekatan psikologi agama baik secara langsung maupun tidak langsung dapat digunakan untuk membangkitkan perasaan dan kesadaran agama. Pengobatan pasien di rumah-rumah sakit, usaha bimbingan dan penyuluhan para nara pidana di lembaga permasyarakatan, di bidang pendidikan dapat difungsikan pada pembinaan moral dan mental keagamaan peserta didik.
a. Bidang industri
Sekitar tahun 1950 di perusahaan minyak Standvae diselenggarakan ceramah agama islam untuk para buruhnya. Kegiatan berkala ini diselenggarakan berdasarkan asumsi bahwa ajaran agama mengandung nilai-nilai moral yang dapat menyadarkan para buruh dari perbuatan yang tidak terpuji dan merugiksn perusahaan. Dari kegiatan tersebut dievaluasi dan ternyata pengaruh ini dapat mengurangi kebocoran seperti pencurian, manipulasi maupun penjualan barang-barang perusahaan yang sebelumnya sudah dilacak.
Sebaliknya sekitar tahun 1979 perusahaan tekstil di Majalaya pernah melarang buruhnya melaksanakan shalat Jumat, karena waktu istirahat siang dan Shalat Jumat mengurangi jam kerja dan akan mengurangi produksi. Setelah larangan dilaksanakan dan buruh dipaksa tetap bekerja ternyata produksi menurun drastic, disini terlihat hubungan antara tingkat produksi dan etos kerja yang ada kaitannya dengan kesadaran agama.
b. Bidang pendidikan
Anak misalnya, apabila si ibu bapa ingin mendidik anaknya agar kelak menjadi seorang yang taat beragama, berakhlaq terpuji, berguna bagi masyarakat dan negaranya, dia dapat menggunakan pengetahuannya terhadap Psikologi Agama, disamping mengetahui sekedarnya tentang perkembangan jiwa anak pada umur tertentu dan perkembangan ciri remaja. Untuk itu dia dapat membaca buku tentang psikologi anak dan psikologi remaja.
Bila para dakwah ingin mengajak umat hidup sesuai dengan ketentuan agama, taat melaksanakan agama dalam kehidupan mereka, maka dia dapat menggunakan Psikologi Agama dengan lebih dahulu mengetahui latar belakang kehidupan mereka, lalu menunjukkan betapa pentingnya ajaran agama dalam kehidupan manusia. Misalnya, manfaat iman bagi ketenteraman batin, manfaat solat, puasa, zakat dan haji bagi penyembuhan jiwa yang gelisah (fungsi kuratif) dan bagaimana pula manfaatnya bagi pencegahan gangguan jiwa (fungsi preventif) dan selanjutnya pentingnya iman dan ibadah tersebut bagi pembinaan dan pengembangan kesihatan jiwa (fungsi konstruktif). Psikologi Agama memberi gambaran tentang perkembangan jiwa agama pada seseorang, menunjukkan pula bagaimana pembahasan keyakinan (konversi) agama terjadi pada seseorang.

2. Psikologi islam
a. Fungsi pengembangan
Memperluas dan mendalami ruang lingkup psikologi islami, menyusun teori-teori baru, menyempurnakan metodologinya dan menciptakan secara kreatif berbagai teknik dan pendekatan psikologis. Selain itu juga mengembangkan kesehatan mental pada diri pribadi dan masyarakat, meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
b. Fungsi pendidikan
Dalam melaksanakan fungsi pendidikan ini diharapkan psikologi islam menerapkan prinsip pengubahan nasib manusia seperti tercantum dalam QS. Al-Ra’ad(13) ayat 11:
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.

BAB III
PENUTUP

Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa dalam psikologi agama adalah cabang psikologi yang meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh kenyakinan terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing. Sedangkan psikologi islam merupakan psikologi berlandaskan citra manusia menurut ajaran agama islam, yang mempelajari keunikan dan pola perilaku manusia sebagai ungkapan pengalaman interaksi dengan diri sendiri, lingkungan sekitar dan alam keruhanian dengan tujuan meningkatkan kesehatan mental dan kualitas keberagaman.



DAFTAR PUSTAKA

• Bastaman, Djumhana Hanna. 2005. Integrasi Psikologi dengan Islam: Menuju Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
• Mujib, abdul dan Jusuf Mudzakir. 2002. Nuansa-nuansa Psikologi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
• Jalaluddin. Psikologi Agama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar